MENGANTISIPASI GODAAN DAN SIHIR SETAN

“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. an-Nahl [16]: 99-100).

Fitnah keji setan golongan jin kepada manusia selalu datang bertubi-tubi dan tiada kenal henti. Masyarakat di negara kita yang mayoritas muslim bila mau mencermati dengan tinjauan aqidah islamiyah, pasti akan mengetahuinya. Belum habis legenda mistik penghancur aqidah umat Islam semacam Nyi Roro Kidul dan sejenisnya, budaya dan ritual syirik, promosi dan eksploitasi praktik perdukunan, pentas praktisi supranatural, isu penampakan (baca: talbis atau penipuan) setan golongan jin, isu bohong Si Kolor Ijo, hingga peristiwa kesurupan massal di beberapa sekolah di tanah air. Termasuk juga wangsit nyleneh Mbah “Penjaga Gunung Merapi” Marijan dan peristiwa mengenaskan bunuh diri bersama gara-gara tidak lulus UAN.

Semua kejadian menyedihkan itu berasal dari satu rekayasa rencana jahat Iblis laknatullah dan seluruh setan pengikutnya, yaitu menyesatkan seluruh manusia sehingga akan masuk neraka bersama-sama mereka.

“Iblis menjawab,’Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.’” (QS. Shad [38]: 82-83).

Godaan dan Sihir Setan

Secara umum bentuk godaan dan sihir setan golongan jin kepada bangsa manusia berupa bisikan jahat ke jiwa manusia dan dominasi jahat melalui jalan darah manusia.

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (QS. an-Nas [114]: 5).

“Sesungguhnya setan itu berjalan dalam tubuh manusia pada pembuluh darah.” (HR. Bukhari Muslim).

Kesurupan atau kerasukan setan merupakan bentuk terparah penguasaan setan atas jalan darah manusia. Syariat Islam membenarkan adanya kesurupan sebagai salah satu sihir setan kepada manusia (QS al-Baqarah [2]: 275). Apapun bentuk godaan dan tipu daya jahat setan, patut kita waspadai.

Tindakan Nyata

Antisipasi defensif atas godaan dan sihir setan laknatullah harus dimiliki oleh tiap muslim dan muslimah. Ini mencakup pemahaman dan penguatan aqidah, fikrah (pemikiran), dan tindakan defensif lainnya. Beberapa tindakan nyata tersebut antara lain:

1. Menjaga keimanan kita hanya kepada Allah dan Rasul-Nya dari segala kemusyrikan, seperti percaya pada jimat, takut pada setan –termasuk menjadikan setan sebagai pemimpin–, bekerja sama dengan setan (kegiatan perdukunan dan sejenisnya), mempercayai ramalan paranormal, dan lain-lain.

“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. an-Nahl [16]: 99-100).

2. Mendirikan shalat, berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur`an dengan benar, khusuk, dan memahami maknanya.

“… Dan (katakanlah): ‘Luruskan muka (diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya.’” (QS. al-A’raf [7]: 29).

Lihat juga QS. al-Ahzab [33]: 41-42, QS. al-A’raf [7]: 55 dan 204.

3. Tidak mengamalkan perkara syubhat (meragukan) dan bid’ah.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. al-Isra` [17]: 36).

Ada pula hadits Rasul Saw.: “Tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan akan masuk neraka.” (HR. Muslim)

4. Senantiasa ikhlas, sabar, ikhtiar (berusaha), waspada, taqwa, dan tawakal atas setiap pekerjaan kita.

“Iblis menjawab,’Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.’” (QS. Shad [38]: 82-83).

Lihat juga QS Ali ‘Imran [3]: 200.

5. Mensyukuri seluruh nikmat Allah, segala kekuasaan milik Allah, dan qana’ah (menerima ketentuan Allah Swt.).

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah [2]: 152).

Lihat juga QS al-Baqarah [2]: 255 dan QS. az-Zukhruf [43]: 36.

6. Menghilangkan sifat hasud, dendam, takabur, israf (boros), kikir, dengki, penyakit hati lainnya. Juga, menghindari diri dari sikap keluh kesah, pesimis, dan frustasi dalam keimanan dan penegakkan agama Allah (baca: dakwah).

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. al-Isra` [17]: 37).

Ada hadits Rasul Saw. yang mengatakan: “Kedengkian itu akan memakan kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu.” (HR Ibnu Hibban).

Lihat juga QS. al-Isra` [17]: 27 dan 268, QS. al-Hadid [57]: 23, QS. Ali ‘Imran [3]: 139, dan QS. Yusuf [12]: 87.

7. Menghindari perbuatan keji, seperti: berzina, memakan riba, minum minuman keras, berjudi, menghisap ganja, dan sebagainya. Serta menghindari pula perbuatan mungkar, seperti: mencuri, merampok, korupsi, dan sebagainya.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra` [17]: 32)

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. al-Maidah [5]: 91).

Lihat juga QS. al-Baqarah [2]: 169 dan 275.

8. Menegakkan ukhuwah islamiyah dan mengeratkan tali silaturrahim sesama muslim, tetangga, dan teman dekat.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. al-Hujurat [49]: 10).

Hadits Rasul Saw.: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahim.” (HR. Muslim).

9. Menjauhi perbuatan berkhayal dan bersikap tegas tanpa kompromi terhadap setan golongan jin, bahwa mereka adalah musuh manusia yang nyata.

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir [35]: 6).

Lihat juga QS. an-Nisa` [4]: 119.

10. Senantiasa membaca doa defensif penangkal godaan dan sihir setan: “Robbi a’uudzu bika min hamazaatisy-syayaathiin, wa a’uudzu bika robbi ay-yahdhuruun.” (QS. al-mu`minun [23]: 97-98), yang artinya: “Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan, Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku."


Wallahu a’lam bish-shawab.

Comments :

0 komentar to “ ”

Posting Komentar